Kamis, 05 Desember 2013




Jika bicara soal sejarah musik rock, yang terpancang dalam ingatan kita pada umumnya adalah musik-musik yang diusung oleh The Beatles, Rolling Stones, dan Jimi Hendrix, lantaran mereka dianggap kanon dalam perjalanan panjang musik rock.
Sementara untuk genre yang lebih ke depannya lagi ingatan kita pasti melayang pada keemasan grup yang sudah masuk kategori classic rock  macam Led Zeppelin, Deep Purple, Iron Maiden sampai Guns N’ Roses dan Metallica.

Padahal jauh sebelum mereka terbentuk, ada masa ketika genre musik rock sudah berjalan terlebih dahulu. Uniknya, di masa itu Indonesia pernah bukan sekadar sebagai saksi saja, melainkan juga sebagai pelaku sejarah. Ya, Indonesia punya peran penting di dalamnya yang justru seperti dilupakan dalam sejarah musik dunia dengan mengenalkan genre yang dinamai Indorock. Genre tersebut lumayan beken pada era 1950-an di Belanda. Genre ini dimainkan oleh para musikus Indonesia yang tinggal di sana, umumnya anak-anak diplomat yang hobi bermusik.


Seperti hasil-hasil budaya anak negeri lainnya, tak satu pun berita soal ini dipromosikan oleh Indonesia sendiri. Barangkali seperti yang sudah-sudah, lagi-lagi nanti kita baru “mengakui” Indorock dan bakal “kebakaran jenggot” jika pada suatu saat ada negara lain me ngakui Indorock sebagai kreasinya. Adanya Indorock menjadikan Indonesia punya andil dalam perkembangan budaya pop dalam skala internasional, khususnya musik rock.

Seperti yang sudah disebutkan di awal tulisan, genre Indorock seperti dilupakan dalam sejarah lantaran musik mereka dianggap kurang menjual dan tidak masuk dalam kacamata industri musik Amerika yang menjadi barometer musik internasional. Publik rock dunia pun sendiri akhirnya lebih mengenal The Beatles, Rolling Stones, dan Jimi Hendrix atau Chuck Berry dan Elvis Presley sebagai blue print musik rock, khususnya rock n’ roll.


Genre Indorock dipelopori oleh sebuah band asal Maluku bernama The Tielman Brothers pada tahun 1945. Memulai karier di Surabaya dengan beranggotakan empat bersaudara keluarga Tielman, yaitu Andy (vokal, gitar), Reggie (ritem gitar, vokal), Phonton (bas, vokal) dan Loulou (dram, vocal). Band ini semula bernama The Timor Rhytm Brothers lalu berubah menjadi The Four Tielman Brothers. Perjalanan karier keempat anak muda ini terbilang mulus, sebab kedua orangtua nya, Herman Tielman dan Flora Lorine Hess, tak cuma mendukung, tetapi ikut bermain dan menjadi manajer.

Pada tahun 1956 The Tielman Brothers hijrah ke Breda, Belanda dan memulai karier rekaman di Negeri Kincir Angin itu. Dari sanalah pada akhirnya The Tielman Brothers mulai dikenal dan memberi pe ngaruh di blantika musik rock pada saat itu. Penampilan mereka juga memukau publik, khususnya di Belanda dan daratan Eropa. Bisa dibilang merekalah yang pertama kali memulai atraksi panggung yang liar dan atraktif, seperti bermain gitar sambil melompat atau berguling-gulingan.


Kepindahan mereka ke negeri Belanda dengan membawa budaya tropis dan kecintaan pada gitar ini ternyata melahirkan genre yang kemudian dinamai “Indorock”. Ciri kuat Indorock adalah dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda sekitar abad ke-14. Permainan gitar ala Portugis yang akhirnya dikenal sebagai musik keroncong ini dipadukan oleh anak-anak Maluku itu dengan musik Hawaii, country, dan rock n’ roll yang mereka dengar dari radio-radio Amerika Serikat yang dipancarluaskan dari negara Filipina atau Australia.

Jika mereka sudah memainkan musik yang menjadi cikal bakal rock n’ roll yang sejatinya merupakan akulturasi budaya Barat dan Timur bukti, apa saja yang mem buat mereka layak disebut pionir? Faktanya jauh sebelum publik rock terpesona dan berdecak kagum de ngan permainan gitaris Jimi Hendrix pada tahun 1967, salah satu personil The Tielman Brothers, Andy Tielman, sang frontman, telah memulai teknik tersebut pada tahun 1956 atau 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen de ngan gitarnya. Gaya Andy dan teknik gitarnya sangat memukau, misalnya memetik gitar yang dipetik dengan menggunakan gigi dan kaki, jauh sebelum Jimi Hendrix kondang.


Selain itu pemain bas The Beatles, Paul McCartney, ternyata diam-diam mengagumi band ini dan mengaku terinspirasi The Tielman Brothers sebelum The Beatles terkenal pada awal 1960-an. Saat The Beatles manggung pertama kali di Jerman, grup band asal Inggris ini sempat melihat penampilan The Tielmans Brothers. Saat itulah untuk yang pertama kalinya Paul melihat bas Violin Hofner yang dimainkan grup The Tielmans. Andy Tielman sang gitaris kala itu menggunakan Fender Jazz Master khusus 10 senar. Produsen gitar merek Fender sengaja mengirim perwakil annya ke Jerman saat itu untuk merancang gitar khusus buat Andy Tielman.

Suksesnya The Tielman Brothers akhirnya menginspirasi band-band sejenis macam The Room Rockers yang berdiri pada tahun 1957 dan pada tahun 1959 menjadi The Hurricane Rollers. Ada juga The Hot Jumpers (1958), The Bell Boys yang berubah menjadi The Black Dynamites, The Rhythm Stars, dan banyak lagi. Dari data yang didapat dari situs Wikipedia, tercatat ada 42 band yang memainkan genre ini.

Di kota-kota lain macam di Amsterdam, Groningen, Zaandam, dan Maastricht, band-band Indorock tumbuh dengan ciri khas memadukan musik rock n’ roll, Hawai, dan country selain memainkan komposisi instrumental yang sudah terkenal saat itu. Misalnya lagu instrumentalia “Meet Mr. Callaghan”. Lagu ini semula dipopulerkan oleh Les Paul & Mary Ford yang dijadikan musik latar program acara di radio Sonora. Ciri khas lain band-band Indorock selalu tampil dengan tiga pemain gitar dan memainkan rif-rif gitar Les Paul yang menjadi acuan mereka.
Melawan Lupa

Jika Indonesia terbukti punya andil dalam sejarah musik rock dunia, apa yang bisa dilakukan untuk melestarikan bahkan dalam wacana besar memperkenalkan jenis musik ini kembali sebagai warisan “harta karun” budaya? Seperti kata sastrawan Milan Kundera, yaitu bangkit “melawan lupa” pada tahun 2009 terbentuk band The Time Travellers di Jakarta yang memainkan Indorock. Band ini terdiri dari Rio Dalimonthee (mantan personel The Time Breakers yang merupakan pecah an dari The Tielman Brothers), Awan Garnida, Adly, Yossy Cakramega, Agus Budhi Prasetyo, Franki Indrasmoro (Pepeng NAIF), dan Wildan A. Rahman. Pada 2011 mereka sedang berancang-ancang untuk menjadi “Neo Indorock” de ngan memainkan repertoar Indorock yang terbukti dilupakan dalam sejarah itu.

Hadirnya The Time Travellers menjadi bukti bahwa di tengah karut marutnya kondisi bangsa Indonesia yang sulit lepas dari budaya “lupa” dan terpuruk menjadi “sarang” koruptor ini, kita masih pantas salut bahwa negeri kita menyimpan kekayaan budaya yang bisa dibanggakan. Mungkin masih terlampau dini angan-angan untuk kembali membawa Indorock ke industri pasar musik Indonesia bergaung keras lembali seperti di masa jayanya. Namun bukan tak mungkin dalam wacana besar cita-cita tersebut akan tercapai dengan bibitnya yang sedang tersemai mulai dari sekarang, karena pada dasarnya seperti ungkapan sejarawan Lewis W. Spitz dalam God and Culture, sejarah memerlukan penglihatan ke depan seperti juga akan pandangan masa silam. Sejarah adalah hikmat ke masa depan. Sejarah adalah sekarang. Semoga!

sumber : hiburan.kompasiana.com

Posted on 03.41 by kolonk-road.blogspot.com

No comments




Sebagian orang  percaya kisah mistiscrossroads dan pemuda yang diduga menjual jiwanya pada setan itu adalah Robert Leroy Johnson lahir 8 May, 1911 di Hazlehurz,Mississipi. Kala Robert remaja, ada seorang gitaris dan penyanyi blues bernama Son House, kemanapun dia pergi Johson selalu ikut dan berusaha bermain gitar sebaik Son House tapi gagal karena Robert pemain gitar yang buruk. 

Suatu saat Robert menghilang selama 6 bulan dan ketika dia kembali kekotanya, Son House terkejut dengan kemampuan bermain gitar Robert yang meningkat drastis dan membuatnya kagum. Son House menganggap itu sebagai keajaiban.

Sejak itu timbul gossip Robert menjual jiwa pada setan apalagi ada beberapa lagunya yang seolah mencerminkan pemujaan dan pengorbanan terhadap setan. Tapi ada juga yang mengatakan dia belajar gitar pada Isaiah Zimerman seorang gitaris handal zaman itu. Karir Johson mulai menanjak, dia sering konser diberbagai kota dan sempat membuat album rekaman.  

Sayang karirnya tergolong singkat tgl 16 Agustus 1938 dia meninggal diusia 27 tahun penyebab kematiannya tidak diketahui. Karya Robert Johnson dinilai sebagai masterpiece dan mempengaruhi banyak musisi Rock dan Blues. Eric Clapton menyebutnya sebagai musisi blues terhebat yang pernah ada. Tahun 2008 majalah Rolling Stone menempatkan dia diposisi kelima dari 100 gitaris terhebat sepanjang masa.

sumber : hiburan.kompasiana.com

Posted on 02.14 by kolonk-road.blogspot.com

No comments





Sejarah mobil Volkswagen yang belakangan dikenal dengan nama VW Beetle sangat rumit dan panjang untuk diceritakan. Hal itu bermula pada 22 Juni 1934 saat asosiasi industri otomotif negeri Jerman mendorong Porsche untuk membangun Volkswagen (Mobil Rakyat dalam bahasa Jerman).

Esoknya pada 23 Juni menjadi hari paling bersejarah bagi kedua nama tersebut. Pasalnya 75 tahun lalu bertepatan dengan tanggal ini, pemerintah Jerman kala itu dipimpin oleh sang Fuhrer, Adolf Hitler memberikan order kepada Ferdinand Porsche untuk membangun sebuah konsep mobil sederhana.

Order Hitler adalah mobil rakyat yang dapat mengangkut lima orang (dua dewasa dan tiga anak), kecepatannya 100km/jam, mengkonsumsi bahan bakar 14km/liter dengan harga tak lebih mahal dari sepeda motor berkereta samping.

Kemudian dibuatlah konsep cikal bakal Beetle yang saat itu disebut Kraft durch Freude-Wagen (KdF-Wagen), kota di mana mobil ini dibuat diberi nama KdF-Stadt. KdF-Wagen dituangkan dalam 30 prototipe pada 1937 dan dipasarkan mulai tahun 1938 namun terhenti setelah sempat memproduksi 630 unit akibat pecah Perang Dunia II pada 1939.



Untuk sementara fasilitas pabriknya dialihkan untuk memproduksi kendaraan perang seperti Kubelwagen (jip) dan Schwimmwagen (kendaraan amfibi). Tahun 1942 muncul Kommandeurwagen dari basis KdF-Wagen berpenggerak empat roda/4×4.

Kekalahan Jerman atas sekutu (Inggris, Prancis, Rusia dan AS) membuat negeri itu terbagi-bagi. KdF-Stadt dikuasai Angkatan Darat Inggris dan atas campur tangan mereka kemudian mengubah nama kota menjadi Wolfsburg. Kendaraan Volkswagen untuk masyarakat sipil mulai diproduksi kembali sebelum Perang Dunia II usai, tepatnya pada musim panas 1945.

Kendaraan sipil ini pun berubah nama menjadi VW Kafer atau VW Beetle (di Indonesia populer dengan nama VW Kodok). Kemudian kendaraan ini menjadi populer berkat kesederhanaan, ketangguhan dan sederet kelabihan lainnya dan tersebar di berbagai belahan dunia.



Oleh karena itu, kendaraan unik ini memiliki banyak nama julukan seperti:

* Kafer di Jerman, Austria dan Swiss
* Pulga di Colombia
* Coccinelle atau Kever di Belgia
* Vocho atau Vochito di Meksiko
* Fusca di Brazil
* Escarabajo di Argentina
* Peta di Bolivia
* Folcika di Bosnia – Herzegovina
* Косτенурка (Kostenurka), Бръмбар (Brambar) di Bulgaria
* Buba di Kroasia
* Brouk di Republik Cheko
* Maggiolino di Italia
* Kabuto-mushi di Jepang
* Kura atau Kodok di Malaysia
* Kever di Belanda
* Pendong di Filippina
* Фольксваген-жук(Folksvagen-Zhuk) di Rusia

Sebenarnya masih banyak nama sebutan lain yang kadang tidak hanya satu. Misalnya di Indonesia selain VW Kodok dan VW Beetle, ia juga dijuluki oleh orang tua kita sebagai VW Sedan (meski tidak sepopuler VW Kodok dan VW Beetle).

Untuk mengenang sekaligus menegaskan perjalanan sejarah dan memperkuat nama Porsche-nya, museum Porsche menggelar sebuah pameran pada 23 Juni hingga 31 Juli. Pameran ini khusus didedikasikan Untuk merayakan ulang tahun ke-75 order konsep VW Beetle tersebut. Di pameran ini ditampilkan foto-foto dari prototipe orisinal bersama orang-orang yang berada dibalik kelahiran Beetle termasuk Ferdinand Porsche.

sumber : mitochi.wordpress.com

Posted on 02.05 by kolonk-road.blogspot.com

No comments



Subkultur hippie awalnya sebuah gerakan pemuda yang muncul di Amerika Serikat selama pertengahan 1960-an dan menyebar ke negara lain di seluruh dunia. Etimologi dari 'hippie' istilah adalah dari hipster, dan pada awalnya digunakan untuk menggambarkan beatniks yang pindah ke Haight-Ashbury distrik San Fransisco.Kedua kata-kata "hip" dan "hep" berasal dari budaya Amerika Afrika dan menunjukkan "kesadaran." The hippies awal mewarisi nilai-nilai countercultural dari Beat Generation, menciptakan komunitas mereka sendiri, mendengarkan psychedelic rock, memeluk revolusi seksual , dan beberapa obat yang digunakan seperti jamur ganja, LSD dan sihir untuk mengeksplorasi keadaan kesadaran yang berubah.
Pada bulan Januari 1967, Manusia Jadilah-In di Golden Gate Park di San Francisco mempopulerkan budaya hippie, yang mengarah ke Summer of Love legendaris di Pantai Barat Amerika Serikat, dan 1969 Festival Woodstock di Pantai Timur. Hippie di Meksiko, yang dikenal sebagai jipitecas, dibentuk La Onda dan berkumpul di Avándaro, sementara di Selandia Baru, housetruckers nomaden dipraktekkan gaya hidup alternatif dan dipromosikan energi berkelanjutan di Nambassa. Di Inggris, "konvoi damai" mobile wisatawan usia Baru melakukan ziarah musim panas ke festival musik gratis di Stonehenge. Dalam hippie Australia berkumpul di Nimbin untuk Festival Aquarius 1973 dan UU Rally Cannabis tahunan Reformasi atau MardiGrass. "Piedra Roja Festival", sebuah acara hippie besar di Chile, diselenggarakan pada tahun 1970.

Hippie mode dan nilai-nilai memiliki pengaruh besar pada budaya, mempengaruhi musik populer, televisi, film, sastra, dan seni. Sejak tahun 1960, banyak aspek budaya hippie telah berasimilasi dengan masyarakat arus utama. Keragaman agama dan budaya yang didukung oleh kaum hippies telah memperoleh penerimaan, dan filsafat Timur dan konsep spiritual telah mencapai audiens yang lebih besar. Warisan hippie dapat diamati dalam budaya kontemporer dalam berbagai bentuk, termasuk makanan kesehatan, festival musik, kebiasaan seksual kontemporer, dan bahkan revolusi dunia maya.

Tie-dye merupakan salah satu bentuk seni tekstil warisan kaum Hippies alias Flower Generation, yang tumbuh di era ’60-an. Motif itu biasanya diaplikasikan kepada kaosmereka biar lebih warna-warni dan mendapatkan motif yang lebih trippy.

Pada jaman itu lagi gila-gilanya psikotropika yang efeknya emang trippy.Flower Generation untuk merepresentasikan “fight with flower” (lawanlah dengan bunga) yang melambangkan kelembutan, dan tidak dengan kekerasan. “Flower”(bunga) memang melambangkan sesuatu yang lembut. Hal itu sangat pas dengankeadaan pada zaman itu, dimana pemerintah Amerika sendiri mulai kehilangankepercayaan dari rakyat, terutama kaum muda, lalu melakukan berbagai perlawanan.Pada masa itu, mereka memberontak dengan gayanya sendiri, cenderung bebas danterkesan “liar”.

Banyak ciri-ciri yang bisa kita lihat pada pengikut gerakan bunga ini, yang rata-rata berpenampilan seragam. Para pengikutnya disebut Flower Children. Mereka berpakaian ham press body (kemeja ketat) dengan warna yang mencolok mata (diilhami dari halusinasi saat memakai marijuana atau LSD), celana baggy atau cut bray, memakai ikat kepala (bandana) bagi pria, dan memakai bandana panjang - ala peramal hippy zaman dahulu - bagi wanita.

Kebanyakan dari mereka tidak melakukan apa-apa kecuali duduk di pinggir jalan sambil membawa spanduk berisi ajakan penolakan perang dan slogan perdamaian, bermain gitar sambil bernyanyi. Tapi jangan anggap pakaian mereka itu norak. Dikemudian hari, gaya berpakaian mereka dianggap salah satu pengaruh terbesar bagidunia fashion. Para Flower Children ini sering diasosiasikan sebagai kaum hippies.Menurut Jesse Sheidlower, seorang leksikografer yang juga seorang editor dari Oxford English Dictionary, terms “hipster” dan “hippie” berasal dari kata “hip” yangsebenarnya arti aslinya tidak diketahui. Malcolm- X sendiri pernah mengungkapkandalam biografinya, bahwa “hippy” sendiri merujuk pada orang kulit putih yang bertingkah seperti orang negro. Banyak orang melambangkan kaum hippy dengan kebebasan dan ketidakteraturan. Terlepas dari istilah dan makna tersebut, kaum hippies sendiri memiliki pola hidup yang tak teratur, cenderung bebas dan tak terikat pola aturan masyarakat.
Flower Children, selayaknya sebutan mereka sebagai kaum hippies, mereka cenderung hidup bebas. Bebas dalam arti luas tentunya.

Kami ingin mengenang kembali masa itu kedalam sebuah wadah media dimana kami mencoba merealisasikannya ke dalam bentuk 'fashion' salah satu bentuk medianya adalah 'tee/kaos'.

sumber : hippieshistory.blogspot.com

Posted on 01.51 by kolonk-road.blogspot.com

No comments